Desa, Tidak akan lagi dipandang sebelah mata. Seperti kata Bung Hatta, Indonesia tidak akan besar karena obor di Jakarta. Tapi Indonesia akan bercahaya karena lilin-lilin di desa. Begitu pula dengan Kabupaten Bogor. Sebanyak 416 desa bakal menjadi pengungkit kebangkitan Bumi Tegar Beriman.
Metropolitan.id, Bogor – Lewat program Satu Miliar Satu Desa alias Samisade, Bupati Bogor Ade Yasin mulai menyalakan semangat membangun desa. Dari desa, untuk desa, dan oleh desa.
Kekayaan alam yang tersebar di 416 desa di 40 kecamatan merupakan aset berharga yang akan digali Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor. Sedikitnya ada Rp311,83 miliar anggaran yang telah disiapkan pemerintah daerah (pemda) untuk program Samisade yang cair bulan ini.
Program Samisade merupakan salah satu program untuk mendorong percepatan pembangunan infrastruktur di desa. Baik infrastruktur berupa jalan desa, akses kesehatan, akses pendidikan, hingga sarana dan prasarana yang ada di desa untuk masyarakat.
Ade Yasin meyakini bahwa desa merupakan jantungnya Kabupaten Bogor yang harus mendapat perhatian lebih. Namun, kondisi perdesaan di Kabupaten Bogor saat ini dianggap belum mumpuni. Bahkan menjadi titik lemah karena narasi kemiskinan dan kebodohan masih ditujukan ke arah perdesaan.
Infrastruktur dan Sumber Daya Manusia (SDM) di perdesaan membuat keberadaan desa sebagai pemilik kekayaan Kabupaten Bogor tak terolah dengan baik. Sehingga masyarakat desa memilih lebih baik mencari kerja ke perkotaan, baik yang ada di Kabupaten Bogor, Kota Bogor, atau DKI Jakarta. Singkatnya, perdesan di Kabupaten Bogor masih lesu darah.
Lewat program Samisade yang digagas pasangan Ade Yasin-Iwan Setiawan, bantuan stimulus yang diberikan tak hanya mempercepat pembangunan di pelosok daerah, tetapi juga ikut mendongkrak perekonomian masyarakat. Bahkan program tersebut juga masuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
”Kami juga akan gali potensi yang ada di tiap desa. Misalnya di desa tersebut ada lokasi wisata, maka harus dibarengi infrastruktur yang baik juga agar ekonomi masyarakatnya berputar,” tuturnya.
Menurut Ade, pemda harus segera melakukan upaya keras membangun desa menjadi desa pintar atau smart village. Yakni desa yang mampu mengetahui atau sensitif terhadap permasalahan yang ada. Termasuk mengatur atau mengelola berbagai sumber daya yang ada untuk digunakan secara efektif dan efisien guna memaksimalkan pelayanan kepada warganya.
“Saya berharap agar mamanfaatkan dana satu miliar tersebut dengan sebaik-baiknya. Tidak saja untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa masing-masing, tetapi juga bersama-sama dengan Pemkab Bogor menyiapkan masyarakat Kabupaten Bogor agar tetap menjadi pelaku aktif dalam pembangunan, termasuk ketika Kabupaten Bogor dibanjiri arus investasi nasional maupun asing,” terangnya.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD) Kabupaten Bogor Renaldi Yushab Fiansyah menuturkan, anggaran Samisade akan dicairkan pada akhir Februari ini. Program yang dilakukan fokus pada sektor infrastruktur pemulihan ekonomi masyarakat desa. Seperti pengecoran jalan desa (jaldes), pembangunan Tembok Penahan Tanah (TPT), pembangunan jembatan, termasuk untuk pengembangan potensi wisata perdesaan.
“Semua sektor ini sebelumnya sudah masuk pembahasan Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang, red) pada 2019. Baik dari tingkat dusun, desa, dan kecamatan. Dan akan dieksekusi 2021 pekan keempat Februari ini,” terangnya kepada Metropolitan, Jumat (5/2).
LIBATKAN POLISI DEMI TRANSPARANSI
Renaldi memastikan bahwa program Samisade segera berjalan dan semua anggaran akan disalurkan ke pihak desa.
“Untuk penyerahan anggaran melalui transfer Bank BJB (nontunai, red). Untuk tahap pertama 40 persen. Namun setelah pengerjaan sudah berjalan 75 persen, pencairan 60 persen lainya bisa langsung dicairkan agar bisa mempercepat proses pembangunan wilayah desa,” ucapnya.
Semua kegiatan akan diawasi pihak internal Pemkab Bogor maupun pihak eksternal. Untuk internal melibatkan panitia kabupaten. Di antaranya kepolisian, kejaksaan, termasuk unsur muspika. Sedangkan dari pengawasan eksternal ada organisasi masyarakat dan juga insan media yang ikut mengawasi.
“Pengawasan ini berkala. Terus-menerus dimonitor supaya tepat sasaran,” lanjutnya.
Tujuan pengawasan pengendalian itu, jelas Renaldi, agar tidak terjadinya hal yang tidak diinginkan. Juga agar penyerapan anggaran dari program ini berjalan lancar dan berdampak luas untuk masyarakat desa.
”Khususnya untuk penunjang daya jual dan daya beli masyarakat. Sehingga bisa memulihkan dan memajukan perekonomian masyarakat,” ungkapnya.
Samisade ini, sambungnya, menjadi pelajaran poin lainnya di luar program Dana Desa, BHPRD, ADD, dan Banprov. Ia berharap Samisade dikelola dengan maksimal optimal penerapannya. Ia memaparkan, inti dari kegiatan itu pun domainnya lebih ke arah kebijakan pemerintah desa yang akan menyerap anggaran tersebut. Namun, lagi-lagi harus optimal maksimal.
Termasuk lebih transparan dalam penggunaan penyerapan anggarannya. Seperti pembangunan infrastruktur harus dikerjakan pemerintah desa dengan melibatkan peran masyarakatnya. Artinya, harus tenaga lokal agar ada pergerakan yang bermanfaat. Hal itu pun sesuai arahan bupati Bogor untuk mempekerjakan tenaga masyarakat desa.
“Kita harapkan untuk Samisade ini sebagai bentuk jawaban untuk membantu dampak meminimalisasi dampak Covid-19. Dan menjadi program pemulihan ekonomi. Karena untuk penyerapan Dana Desa 2021 akan digulirkan untuk penanganan Covid-19 di setiap desa,” imbuhnya.
Contohnya, lanjut Renaldi, pada saat pengerjaan betonisasi jalan ada masyarakat yang ikut serta sebagai pekerja. Karena itu, dipastikan akan berdampak pada kesejahteraan warga. Selain akses jalan menjadi mulus, perputaran roda ekonomi pun akan semakin bagus.
“Iya, yang tadinya harus menempuh perjalanan cukup lama, dengan akses jalan yang sudah bagus tentunya dapat mempercepat jarak tempuh dalam berkendara. Dan ini menjadi pergerakan bagus dalam situasi saat ini di tengah pandemi Covid-19,” bebernya.
PERUNTUKANNYA HARUS JELAS
Program Samisade andalan bupati Bogor ini pun mengundang perhatian dari DPRD dan juga pengamat sosial ekonomi dari IPB.
Ketua Komisi I DPRD Kabupaten Bogor Usep mengaku bakal mengundang Kepala DPMD Kabupaten Bogor untuk pemantauan, peruntukan, hingga penggunaan Dana Desa.
Ia menyarankan agar penggunaan anggaran Samisade ini dipecah-pecah untuk memenuhi hak pelayanan dasar bagi masyarakat. Yakni mencakup pelayanan pendidikan, kesehatan, kesejahteraan sosial, hingga peningkatan sarana dan prasarana desa.
”Kalau saran saya, lebih baik Rp1 miliar ini digunakan untuk lima kegiatan. Jadi masing-masing kegiatan nilainya Rp200 juta, supaya anggaran ini bisa digunakan menyeluruh di semua aspek,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Perdesaan Institut Pertanian Bogor (PSP3 IPB) Sofyan Sjaf berpesan agar bantuan Samisade yang bisa menjadi stimulus dapat dipertanggungjawabkan secara transparan. Termasuk soal peruntukannya.
”Tentu ini langkah yang sangat bagus, karena situasi dan kondisi di bawah butuh uluran tangan pemerintah daerah untuk membangkitkan ekonomi. Tapi juga harus jelas dan transparan untuk apanya. Kalau untuk pembangunan, harus jelas manfaat untuk warga apa dan lain sebagainya,” ujarnya.
Tak hanya eksekutif, fungsi kontrol dari dewan pun harus ekstra ketat agar bantuan yang diberikan betul-betul tepat sasaran.
”Fungsi kontroling harus kuat. Percaya kepada desa wajib. Ketika anda memberikan Rp1 miliar, wajib percaya kepada desa kalau desa bisa menggunakan anggaran itu dengan baik. Tetapi pemerintah desa juga harus transparan menjelaskan peruntukan anggaran tersebut. Mulai dari pencairan hingga penggunaan anggaran harus benar-benar diawasi agar Samisade ini tepat sasaran dan sesuai peruntukannya,” tandasnya. (ogi/yos/d/feb/run)